Bandung, Berita Lugas - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendapat kunjungan dari Kementerian Pertanian dan Kehutanan Turki. Dalam pertemuan ini menjadi ajang untuk bertukar pikiran mengenai pengelolaan sampah, atau lebih spesifik lagi perihal Food Loss and Food Waste (FLW).
Food Loss merupakan hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok produsen dan pasar yang disebabkan oleh proses dalam pra-panen, permasalahan dalam penyimpanan, penanganan maupun pengemasan. Sedangkan food waste merujuk kepada makanan yang dibuang.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana yang menyambut langsung delegasi dari Turki tersebut menuturkan bahwa konsep FLW ini yakni untuk menguragi produksi sampah makanan. Semangat ini menjadi selaras dengan komitmen Pemkot Bandung yang terus menggelorakan program Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan Sampah (Kang Pisman).
"Mereka itu punya konsep bagaimana mengurangi sampah dan membuat satu budaya baru mengurangi konsumsi makanan. Jadi mereka makan sesuai yang dimakan aja. Itu kan memang butuh perubahan budaya," kata Yana usai pertemuan di Al Jazeerah Signature Middle East Restaurant and Cafe, Jalan Ternate, Bandung, Rabu (26/6/2019).
Yana beserta jajaran Pemkot Bandung pun lantas memaparkan konsep Kang Pisman yang saat ini tengah digalakkan sebagai salah satu program pengentasan sampah. Selain pemerintah, dia menjelaskan, keterlibatan masyarakat dalam menjalankan Kang Pisman.
"Mereka tertarik karena ada kesamaan, kaya kurangi itu mereka kan di restoran dan tempat makan itu sudah secukupnya, tinggal pisahkan dan manfaatkan mereka belum barangkali kita bisa sharing," ujarnya.
Tak lupa juga turut dipaparkan perihal beragam metode pengelolan sampah yang sampai saat ini terus dijajaki Pemkot Bandung. Di antaranya yakni peuyeumisasi, biodigester, komposter sampai penggunaan ulat maggot.
"Kita juga memperlihatkan bahwa kita punya banyak metode pengolahan sampah. Dan kita akan ajak ke tempat pengolahan sampah kaya di PVJ itu yang hingga zero waste," imbuhnya.
Ketiga delegasi Turki yang terdiri dari Deputy General Director at Directorate General for European Union and Foreign Relations, Ministry of Agriculture and Forestry, Ahmet Volkan Gungoren. Lalu Middle East Technical University, Alpas-Academic Consultant to COMCEC Agriculture Working Group (AWG), Coordinator of project on Reduction of Food Loss and Waste in the OIC Countries, Prof. Dr. Hami Alpas dan Staff of Directorate General for European Union and Foreign Relations, Ministry of Agriculture and Forestry, Adil Altan.
"Mungkin memang Kota Bandung dianggap satu kota yang memiliki konsistensi untuk menuju zero waste," ungkap Yana.
Untuk itu, Yana menyatakan kesempatan ini harus dimanfaatkan secara maksimal untuk bertukar pikiran soal pengelolaan sampah. Karena, menurutnya penanganan sampah bukan hanya soal program, teknologi ataupun metode saja, namun juga berkaitan dengan budaya masyarakat lokal.
"Mudah-mudahan karena cukup banyak kesamaan antara kultur Turki dan Indonesia hari ini kita bisa dapat banyak sharing dengan mereka. Ada transfer knowledge bagaimana bisa mengubah budaya dan barangkali ada teknologi pengelolaan sampah yang bisa kita adopsi di Kota Bandung," katanya.
Food Loss merupakan hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok produsen dan pasar yang disebabkan oleh proses dalam pra-panen, permasalahan dalam penyimpanan, penanganan maupun pengemasan. Sedangkan food waste merujuk kepada makanan yang dibuang.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana yang menyambut langsung delegasi dari Turki tersebut menuturkan bahwa konsep FLW ini yakni untuk menguragi produksi sampah makanan. Semangat ini menjadi selaras dengan komitmen Pemkot Bandung yang terus menggelorakan program Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan Sampah (Kang Pisman).
"Mereka itu punya konsep bagaimana mengurangi sampah dan membuat satu budaya baru mengurangi konsumsi makanan. Jadi mereka makan sesuai yang dimakan aja. Itu kan memang butuh perubahan budaya," kata Yana usai pertemuan di Al Jazeerah Signature Middle East Restaurant and Cafe, Jalan Ternate, Bandung, Rabu (26/6/2019).
Yana beserta jajaran Pemkot Bandung pun lantas memaparkan konsep Kang Pisman yang saat ini tengah digalakkan sebagai salah satu program pengentasan sampah. Selain pemerintah, dia menjelaskan, keterlibatan masyarakat dalam menjalankan Kang Pisman.
"Mereka tertarik karena ada kesamaan, kaya kurangi itu mereka kan di restoran dan tempat makan itu sudah secukupnya, tinggal pisahkan dan manfaatkan mereka belum barangkali kita bisa sharing," ujarnya.
Tak lupa juga turut dipaparkan perihal beragam metode pengelolan sampah yang sampai saat ini terus dijajaki Pemkot Bandung. Di antaranya yakni peuyeumisasi, biodigester, komposter sampai penggunaan ulat maggot.
"Kita juga memperlihatkan bahwa kita punya banyak metode pengolahan sampah. Dan kita akan ajak ke tempat pengolahan sampah kaya di PVJ itu yang hingga zero waste," imbuhnya.
Ketiga delegasi Turki yang terdiri dari Deputy General Director at Directorate General for European Union and Foreign Relations, Ministry of Agriculture and Forestry, Ahmet Volkan Gungoren. Lalu Middle East Technical University, Alpas-Academic Consultant to COMCEC Agriculture Working Group (AWG), Coordinator of project on Reduction of Food Loss and Waste in the OIC Countries, Prof. Dr. Hami Alpas dan Staff of Directorate General for European Union and Foreign Relations, Ministry of Agriculture and Forestry, Adil Altan.
"Mungkin memang Kota Bandung dianggap satu kota yang memiliki konsistensi untuk menuju zero waste," ungkap Yana.
Untuk itu, Yana menyatakan kesempatan ini harus dimanfaatkan secara maksimal untuk bertukar pikiran soal pengelolaan sampah. Karena, menurutnya penanganan sampah bukan hanya soal program, teknologi ataupun metode saja, namun juga berkaitan dengan budaya masyarakat lokal.
"Mudah-mudahan karena cukup banyak kesamaan antara kultur Turki dan Indonesia hari ini kita bisa dapat banyak sharing dengan mereka. Ada transfer knowledge bagaimana bisa mengubah budaya dan barangkali ada teknologi pengelolaan sampah yang bisa kita adopsi di Kota Bandung," katanya.
0 Komentar